LAPORAN OBSERVASI MASYARAKAT NELAYAN DESA TAMBAK
LOROK
Disusun
untuk memenuhi tugas Sosiologi terapan
Oleh:
Nama : Rima Ayu Riani
Rombel : 1
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
LAPORAN HASIL OBSERVASI
MASYARAKAT NELAYAN DESA TAMBAK LOROK,
KELURAHAN TANJUNG MAS, KECAMATAN SEMARANG UTARA
Data yang dipaparkan dibawah ini
bersumber dari mewawancari salah seorang warga desa Tambak Lorok yang bekerja
sebagai nelayan yaitu bapak Trianto.
A.
Kondisi
umum lingkungan desa Tambak Lorok
Desa tambak lorok terletak di bagian
Semarang Utara, Kelurahan Tanjung Mas. Desa ini terletak dipesisir laut
pelabuhan Tanjung Mas, tidak terlalu jauh dari pusat kota Semarang. Aktivitas
warga dikampung ini tidak jauh berbeda dengan masyarakat nelayan didaerah lain.
Desa ini merupakan desa nelayan karena hampir 90% masyarakatnya bekerja sebagai nelayan.
Kondisi disekitar perkampungan nelayan ini tergolong kurang bersih karena terdapat
limbah limbah dari pengupasan kerang hijau yang cangkangnya dibuang atau
dibiarkan berceceran disekitar rumah masyarakatnya, limbah konveksi bekas-bekas
kain dan juga sampah-sampah dari kegiatan rumah tangga masyarakat. Kondisi alam
di pesisir pelabuhan Tanjung Mas juga sudah mulai tercemar, air laut yang sudah
mulai keruh yang disebabkan oleh kapal-kapal bermesin yang menggunakan bahan
bakar solar mulai mengotori air laut. Kondisi jalan yang mulai rusak dan udara
yang gersang sehingga menyebabkan debu-debu berterbangan membuat akses jalan
menuju perkampungan ini sedikit tidak nyaman. Diperkampungan ini terdapat pasar
sebagai tempat jual beli masyarakatnya, karena masuk sebagai kampung nelayan
barang-barang yang dijual dipasar juga tidak jauh dari hasil tangkapan nelayan
berupa udang, rajungan maupun ikan-ikan laut lainnya.
Keadaan rumah mereka juga tidak terlalu
layak, jika dibandingkan dengan rumah pada masyarakat desa pada umumnya
sebagian besar bentuk rumah diperkampungan nelayan Tambak Lorok ini terlihat
berbeda dibagian atapnya yang cenderung lebih rendah, namun ada juga beberapa
bentuk rumah panggung di desa ini yang bertujuan agar saat rob air tidak masuk
kerumah. Menurut data yang saya peroleh dari bapak Trianto sebagai narasumber
yang diwawancarai penduduk yang tinggal di perkampungan nelayan ini sebagian
besar tidak berasal dari semarang melainkan pendatang dari Demak. Ada juga yang
berasal dari jepara bahkan dari surabaya.
B.
Mata
pencaharian
Desa yang terletak dipesisir laut
pelabuhan Tanjung Mas ini, 90% masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Menurut
narasumber yang saya wawancarai yaitu bapak Trianto yang juga seorang nelayan
masyarakat desa Tambak Lorok tidak hanya bekerja sebagai nelayan, namun ada
juga yang bekerja sebagai buruh pabrik yang terletak tidak jauh dari
perkampungan mereka, penjahit dan pengupas kijing (kerang hijau). Pengupas
kijing (kerang hijau) disini biasanya dilakukan oleh para perempuan. Nelayan
desa Tambak lorok biasanya melaut pada musim-musim tertentu. Hasil tangkapan
mereka saat melaut kebanyakan adalah udang dan rajungan, tetapi jika laut
sedang pasang pada awal bulan januari sampai akhir bulan januari mereka tidak
pergi melaut melainkan beralih profesi sebagai pencari kerang hijau. Masyarakat
desa Tambak Lorok menanam bambu-bambu di pinggiran laut untuk membudidayakan kerang
hijau sebagai alternatif jika gelombang laut sedang tidak bersahabat yang
mengakibatkan para nelayan desa Tambak Lorok tidak dapat melaut. Dengan tidak
melautnya para nelayan dan menjadi pencari kerang hijau membuat pengeluaran
untuk bahan bakar kapal juga lebih hemat. Tidak hanya beralih sebagai pencari
kerang hijau, para nelayan desa Tambak Lorok ini juga memanfaatkan waktunya
jika sedang tidak berlayar dengan memperbaiki mesin-mesin kapal mereka atau
sekedar membersihkan kapal dan mengecat ulang kapalnya. Seiring dengan
perkembangan jaman pekerjaan sebagai nelayan di desa Tambak Lorok ini tidak
diturunkan kepada anak-anak si nelayan, meskipun mayoritas penduduknya bekerja
sebagai nelayan namun para pemuda ataupun anak-anak para nelayan tidak mau
menjadi nelayan juga seperti ayahnya, namun mereka lebih memilih bekerja
sebagai buruh pabrik.
Para nelayan desa Tambak Lorok biasanya
pergi melaut pada pagi hari sekitar pukul 06.00-12.00 namun jika melaut pada
malam hari nelayan desa ini pulang pagi hari. Sementara para suami pergi
melaut, para istri dirumah biasanya mengasuh anak ataupun cucu mereka, sebagai
buruh pengupas kijing dan juga membantu para suami jika sudah pulang dari
melaut. Ada juga yang berjualan warungan di depan rumah sebagai penghasilan
tambahan. Pengahasilan yang didapat sebagai nelayan tidak menentu, jika pada
hari biasa para nelayan bisa mendapat penghasilan sekitar 200-300 ribu dalam
sekali melaut.
C.
Pendidikan
Masyarakat Desa Tambak Lorok
Seperti pada masyarakat nelayan
didaerah-daerah lain, pendidikan pada masyarakat desa Tambak Lorok masuk dalam
kategori menengah kebawah. Sebagian besar masyarakatnya hanya mengenyam bangku
pendidikan sampai sekolah dasar ataupun sekolah menengah pertama, lulusan
sekolah menengah atas juga ada namun itu sudah maksimal. Ada juga yang
meneruskan ke jenjang perguruan tinggi namun hanya satu dua orang saja yang
mampu. Hal ini dikarenakan kondisi sosial ekonomi masyarakat desa Tambak Lorok
yang tergolong menegah kebawah, terkait
dengan mata pencaharian masyarakatnya yang sebagian besar adalah nelayan.
Penghasilan nelayan yang tidak seberapa dalam sekali melaut, tutur bapak
Trianto.
D.
Stratifikasi
Sosial Masyarakat Desa Tambak Lorok
Pembagian startifikasi sosial di
masyarakat perkampungan nelayan Tambak Lorok ini tidak terlalu berpengaruh pada
kehidupan masyarakatnya, karena sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai
nelayan. Sebagian besar para nelayan di desa ini umumnya memiliki kapal sendiri untuk melaut.
Dalam sekali melaut biasanya kapal hanya diisi minimal oleh 2 orang nelayan.
Namun jika kapal beranjang bisa diisi 8 sampai 10 orang nelayan saja, kapal
beranjang sudah jarang digunakan dikarenakan harganya yang cukup mahal hingga
puluhan juta. Jika kapal-kapal biasanya melaut mencari udang, pada kapal
beranjang ini nelayan melaut mencari ikan teri. Pembagian kerja para nelayan
saat melaut juga tidak terlalu diribetkan, kata bapak Trianto jika sudah di
tengah laut mereka bekerja bersama saling bahu membahu, jika jaring yang
ditebarkan sudah terisi hasil mereka menariknya keatas bersama-sama. Hasil
tangkapan para nelayan dijual di tengkulak atau masyarakat sekitar menyebutnya
dengan sebutan bakul seret, para
nelayan tidak menjual hasil tanggkapan laut mereka ke Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) karena menurut para nelayan harga lelang di TPI kurang dibanding jika
dijual di tengkulak.
E.
Interaksi
antar masyarakat Tabak Lorok
Masyarakat nelayan desa Tambak Lorok
hidup berdampingan dengan damai dan rukun. Namun dalam hal interaksi di
masyarakat Tambak Lorok masih kurang, misalnya saja dalam pembangunan jalan
sekitar desa, masyarakatnya kurang kompak dalam gotong royong pembangunan
jalannya. Mayoritas masyarakat nelayan desa Tambak Lorok ini beragama islam.
Pada masyarakat nelayan desa ini setiap bulan juga diadakan arisan PKK yang
laksanakan pada minggu ke 2 sama seperti masyarakat desa pada umumnya. Terdapat
perkumpulan-perkumpulan warga nelayan juga program pos pelayanan terpadu atau
yang sering kita sebut dengan posyandu.
F.
Kesimpulan
Dari observasi yang dilakukan dikampung
nelayan desa Tambak Lorok dapat ditarik kesimpulan bahwa kehidupan masyarakat
nelayan didesa Tambak Lorok tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah kampung
nelayan lainnya. Bertempat tinggal di pesisir laut dan dengan bekal pendidikan
yang rendah membuat kehidupan masyarakat desa Tambak Lorok ini bisa dikatakan
jauh dari kata cukup. Pekerjaanya masyarakatnya yang sebagian besar adalah
seorang nelayan juga membuat stratifikasi sosial didesa ini tidak terlalu
berpengaruh dalam kehidupan antar masyarakatnya.
0 komentar:
Posting Komentar